Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

PERSATUAN ISLAM

Minggu, 26 Oktober 2008

FATWA PERSIS TENTANG SEDEKAP DALAM SHALAT

1. SEDEKAP DALAM SALAT

KEPUTUSAN SIDANG DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM (PERSIS)

TENTANG

SEDEKAP DALAM SALAT

Kita tidak dapat melakukan salat dengan baik, selama kita tidak mengenal tata cara salat yang dilakukan Rasulullah saw.. maka untuk mengenal tata cara salat Rasulullah tersebut, kita harus meneliti sunnah Rasulullah saw. yang berhubungan dengan sifat-sifat salatnya baik yang wajib atau yang sunnatnya. Maka untuk mengetahui hal-hal tersebut, kita harus meneliti amaliyyah Rasulullah saw. yang berhubungan dengan hal itu, sesuai sabdanya:

صلوا كما رأيتمونى أصلي (رواه البخارى1:117)

Lakukanlah olehmu salat sebagaimana kamu mengetahui tatacara salatku. HR. Al-Bukhari, juzI:117

Maka dengan perintah tersebut mewajibkan kepada kita untuk mengikuti tatacara salat Rasulullah saw. baik yang wajib ataupun yang sunnatnya. Adapun kita bisa mengetahui yang wajib atau yang sunnatnya dalam pekerjaan salat tersebut, adalah berdasarkan sabda amaliyyah Rasulullah saw., sebagaimana beliau pernah mengajarkan salat kepada Khalla bin Rafi’ yang tidak atau belum mengetahui tatacara salat yang baik dan sempurna.

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ الزُّرَقِيِّ عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

جَاءَ رَجُلٌ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى قَرِيبًا مِنْهُ ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعِدْ صَلَاتَكَ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ قَالَ فَرَجَعَ فَصَلَّى كَنَحْوٍ مِمَّا صَلَّى ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ أَعِدْ صَلَاتَكَ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي كَيْفَ أَصْنَعُ قَالَ إِذَا اسْتَقْبَلْتَ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا شِئْتَ فَإِذَا رَكَعْتَ فَاجْعَلْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَامْدُدْ ظَهْرَكَ وَمَكِّنْ لِرُكُوعِكَ فَإِذَا رَفَعْتَ رَأْسَكَ فَأَقِمْ صُلْبَكَ حَتَّى تَرْجِعَ الْعِظَامُ إِلَى مَفَاصِلِهَا وَإِذَا سَجَدْتَ فَمَكِّنْ لِسُجُودِكَ فَإِذَا رَفَعْتَ رَأْسَكَ فَاجْلِسْ عَلَى فَخِذِكَ الْيُسْرَى ثُمَّ اصْنَعْ ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ وَسَجْدَةٍ

Dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zurqi dan dia itu termasuk seorang sahabat Rasulullah saw. ia berkata, telah dating seorang laki-laki sedangkan Rasulullah saw. sedang duduk, kemudian orang tersebut salat tidak jauh dari tempat duduk Rasulullah, kemudian ia berpaling (setelah selesai salat) kepada Rasulullah sambil mendatangi beliau. Maka Rasulullah bersabda. ‘ Ulangilah salatmu itu, sesungguhnya engkau itu belum salat.’ Rifa’ah berkata lagi, kemudian ia berpaling kepada Rasulullah dan beliau pun bersabda lagi kepadanya, ‘Ulangilah salatmu, sesungguhnya engkau belum salat.’ Maka orang tersebut berkata. ‘Ya Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku bagaimana yang harus aku lakukan?’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Apabila engkau telah menghadap kiblat, maka takbirlah, kemudian bacalah fatihah dan surat yang kamu kehendaki dan apabila kamu ruku, maka letakkanlah kedua telapak tanganmu pada kedua lututmu dan luruskanlah punggungmu dan tegakkanlah rukumu, kemudian apabila kamu mengangkat kepala, maka luruskanlah tulang punggungmu sehingga kembali pada sendi-sendinya, kemudian apabila sujud, maka tegakkanlah sujudmu dan apabila mengangkat kepala (I’tidal sujud) maka duduklah di atas paha kirimu, kemudian lakukanlah hal itu pada setiap raka’at dan sujud.’ HR. Ahmad No : 482 al-Fath ar-Rabbani

Kemudian pada salah satu riwayat yang lainnya beliau bersabda pula:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ عَجْلَانَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ يَحْيَى بْنِ خَلَّادٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمِّهِ وَكَانَ بَدْرِيًّا قَالَ

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْمُقُهُ ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ فَرَدَّ عَلَيْهِ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ قَالَ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا فَقَالَ لَهُ فِي الثَّالِثَةِ أَوْ فِي الرَّابِعَةِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَقَدْ أَجْهَدْتُ نَفْسِي فَعَلِّمْنِي وَأَرِنِي فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تُصَلِّيَ فَتَوَضَّأْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ ثُمَّ كَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ قُمْ فَإِذَا أَتْمَمْتَ صَلَاتَكَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَتْمَمْتَهَا وَمَا انْتَقَصْتَ مِنْ هَذَا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّمَا تُنْقِصُهُ مِنْ صَلَاتِكَ

“….Maka apabila kamu menyempurnakan salat ini, maka sungguh engkau telah menyempurnakan salat, dan apabila engkau mengurangi dari cara salat yang ini, maka engkau telah mengurangi salat ini. HR. Ahmad, No 482 Fath ar-Rabbani

Ibnu Hajar pernah menjelaskan sebagai berikut:

قَالَ : وَفِيهِ دَلِيل عَلَى أَنَّ الْإِقَامَة وَالتَّعَوُّذ وَدُعَاء الِافْتِتَاح وَرَفْع الْيَدَيْنِ فِي الْإِحْرَام وَغَيْره وَوَضْع الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَتَكْبِيرَات الِانْتِقَالَات وَتَسْبِيحَات الرُّكُوع وَالسُّجُود وَهَيْئَات الْجُلُوس وَوَضْع الْيَد عَلَى الْفَخِذ وَنَحْو ذَلِكَ مِمَّا لَمْ يُذْكَر فِي الْحَدِيث لَيْسَ بِوَاجِبٍ

‘… Maka pada riwayat itu sebagai dalil, bahwa iqomah. Ta’awwudz’ doa Iftitah, mengangkat dua tangan pada takbiratul ihram dan yang lainnya, menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri, takbir intiqal, bacaan tasbih waktu ruku dan sujud, cara-cara duduk dan menyimpan tangan di atas paha dan sejenis dengannya, itu adalah tidak wajib…’ Fath al-Bari II : 425 Maka dengan hal dan keterangan tersebut, kita mengetahui dan dapat membedakan antara yang wajib dan yang sunnat di dalam salat. Sehubungan dengan hal itu dinyatakan dalam qaidah Ushul Fiqh:

مجرد الأفعال لايفيد الوجوب

Perbuatan Nabi semata-mata (tanpa diikuti sabdanya), maka itu tidak menunjukkan kepada wajib.’

Sikap dan Cara Rasulullah Sebelum Salat

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ سَمِعْتُهُ وَهُوَ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمْ أَبُو قَتَادَةَ بْنُ رِبْعِيٍّ قَالَ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَامَ فِي الصَّلَاةِ اعْتَدَلَ قَائِمًا

Adalah rasulullah apabila berdiri (untuk) salat, beliau berdiri dengan tegak.’ HR.Ibnu Majah, No 868

Maka menurut riwayatini, Rasulullah apabila akan salat berdiri tegak, tidak sedekap, baru beliau bertakbir kemudian menyimpan tangan kanannya di atas tangan kirinya (sedekap),hal ini berlaku sesuai dengan keterangan berikut ini :

حَدَّثَنَا عَفَّانُ قَالَ ثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جُحَادَةَ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ وَائِلٍ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ وَمَوْلًى لَهُمْ أَنَّهُمَا حَدَّثَاهُ عَنْ أَبِيهِ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ أَخْرَجَ يَدَيْهِ مِنْ الثَّوْبِ ثُمَّ رَفَعَهُمَا فَكَبَّرَ فَرَكَعَ فَلَمَّا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمَّا سَجَدَ سَجَدَ بَيْنَ كَفَّيْهِ

Dari Wail bin Hujr, sesungguhnya ia telah melihat Rasulullah saw. mengangkat kedua tangannya ketika masuk salat kemudian bertakbir, kemudian beliau melipatkan bajunya (mungkin dingin) lalu ia menyimpan tangan kanannya di atas tangan kirinya, maka tatkala akan ruku, ia mengeluarkan tangannya dari bajunya kemudian mengangkat tangannya dan bertakbir, lalu ruku dan tatkala ia membaca “Sami’allahu Liman Hamidah” ia mengangkat kedua tangannya dan ketika ia bersujud maka ia sujud di antara dua telapak tangannya.’HR. Ahmad, No : 475 Fath ar-Rabbani

Di dalam hadits tersebut dijelaskan, bahwa Rasulullsh setelah takbiratul ihram menyimpan tangan kanan di atas tangan kirinya. Adapun cara seperti ini adalah satu keharusan berdasrkan contoh Rasulullah, karena pernah terjadi seorang sahabat menyimpan tangan kirinya di atas tangan kanannya, maka cara itu disalahkan oleh Rasulullah saw. sebagaimana dalam hadits-hadits berikut ini:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ الْوَاسِطِيُّ يَعْنِي الْمُزَنِيَّ حَدَّثَنَا أَبُو يُوسُفَ الْحَجَّاجُ يَعْنِي ابْنَ أَبِي زَيْنَبَ الصَّيْقَلَ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرَجُلٍ وَهُوَ يُصَلِّي وَقَدْ وَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى الْيُمْنَى فَانْتَزَعَهَا وَوَضَعَ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى

Dari Jabir bin Abdullah ia berkata, ‘Rasulullah saw. pernah lewat pada seorang sahabat yang sedang salat sedangkan ia menyimpan tangan kirinya di atas tangan kanannya kemudian ia merubahnya dengan cara meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. HR. Ahmad, No : 498 Fath ar-Rabbani

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ كَانَ يُصَلِّي فَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى الْيُمْنَى فَرَآهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى

Dari Ibnu Mas’ud, sesungguhnya ia pernah salat dan menyimpan tangan kirinya di atas tangan kanannya, maka Rasulullah saw. melihatnya kemudian melepaskan tangannya lalu meletakkan tangan kannnya di atas tangan kirinya.’ HR. Abu Daud No. 755, an-Nasa’I II : 126, Fath ar-Rabbani

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِي الصَّلَاةِ

Dari Sahl bin Sa’ad ia berkata, adalah orang-orang diperintahkan agar menyimpan tangan kanan di atas tangan kirinya pada waktu salat.’ HR. Al-Bukhari II : 366

أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ مُوسَى بْنِ عُمَيْرٍ الْعَنْبَرِيِّ وَقَيْسِ بْنِ سُلَيْمٍ الْعَنْبَرِيِّ قَالَا حَدَّثَنَا عَلْقَمَةُ بْنُ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ قَائِمًا فِي الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ

Dari Wail bin Hujr, ‘Aku pernah melihat Rasulullah saw. apabila berdiri dalam salat, ia mengepalkan (memegang) tangan kanan pada tangan kirinya.’ HR. an-Nasa’I II : 126

Dalam salat, kita diperintahkan “I’tidal”. Kalimat I’tidal itu mutlak, harus tegak lurus, kemudian ada taqyid “I’TIDALA RAAKI’AN, I’TIDALA SAAJIDAN, I’TIDALA QAAIMAN”. karena setelah menghadap kiblat Rasulullah dinyatakan I’TIDALA QAAIMAN berdiri tegak tanpa sedekap, sedangkan pada waktu berdiri setelah ruku pun diperintah I’tidala qaaiman, maka pasti ini pun tanpa sedekap sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا

‘…… Kemudian bangkitlah ia (dari ruku) hingga tegak berdiri (hatta ta’tadila qaaiman).’ HR. al-Bukhari I : 144, Muslim : 282

Kita diperintahkan I’tidal setelah ruku sebagaimana I’tidal waktu akan salat tanpa sedekap. Adapun perintah dalam hadits dari Sahl bin Sa’ad tersebut adalah menyimpan tangan kanan di atas tangan tangan kiri. Karena pokok perintah itu “Fishshalaati” adalah fadlah dan adanya Alif Lam menunjukkan bahwa yang dicontohkan oleh Nabi adalah sedekap setelah takbir awal raka’at, bukan di tempat-tempat yang lainnya karena tidak ada dalil dan contoh Rasulullah saw.. Adapun kalimat “Ta’tadilu” setelah ruku ditegaskan oleh beberapa hadis seperti berikut ini:

...حَتَّى يَعُودَ كُلُّ فَقَارٍ مَكَانَهُ...

…Sehingga semua tulang punggung kembali ke tempatnya... HR. Al-Bukhari I : 150

وَاعْتَدَلَ حَتَّى رَجَعَ كُلُّ عَظْمٍ فِي مَوْضِعِهِ

Dan ia I’tidal (setelah ruku) sehingga semua tulang kembali ke tempatnya (tegak lurus). HR. Ahmad No : 480, Fath ar-Rabbani

ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَانْتَصَبَ قَائِمًا هُنَيَّةً

…Kemudian ia mengangkat kepalanya dan berdiri lurus yang hanya sebentar saja…. HR. Ahmad No : 477, al-Fath ar-Rabbani

..فَإِذَا رَفَعْتَ رَأْسَكَ فَأَقِمْ صُلْبَكَ حَتَّى تَرْجِعَ الْعِظَامُ إِلَى مَفَاصِلِهَ

…Apabila engkau mengangkat kepala dari ruku, maka luruskanlah tulang punggungmu, sehinggi tulang-tulang itu kembali pada sendi-sendinya…. HR. Ahmad No : 482, al-Fath ar-Rabbani

Bahkan di dalam salah satu riwayat yang lain dinyatakan bahwa Rasulullah saw. seolah-olah lupa tidak I’tidal (karena hanya sebentar). Sebetulnya banyak lagi hadis-hadis yang serupa yang menerangkan cara berdiri I’tidal setelah ruku, yang caranya itu adalah sama seperti berdiri akan salat (I’tidal tidak sedekap).

Ringkasan:

Kita diperintahkan sedekap, menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri Fishsalat yang dicontohkan oleh Nabi saw. yaitu setelah takbir awal raka’at, sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Wail bin Hujr. Adapun bersedekap setekah ruku, tidak ada contohnya sama sekali dari Nabi saw.. Maka wajarlah kalau Syaikh Albani dalam bukunya “Fi Shifati Salati Nabi saw..” Hal 145 menyatakan, ‘Aku tidak ragu lagi, bahwa menyimpan kedua tangan di atas dada pada I’tidal ruku adalah Bid’ah Dhalalah’, karena tidak ada dalil sama sekali dari hadis-hadis kaifiyah salat Nabi. Kalaulah ada contohnya dari Nabi, maka tentu akan diriwayatkan kepada kita walaupun hanya satu riwayat, bahkan itu adalah penguat bahwa tidak ada sedekap waktu I’tidal. Dari sejak dulu tidak ada ulama yang melakukannya dan tidak ada seorang pun yang meriwayatkan hadis yang memerintahkan demikian. Adapun Imam Ahmad pernah berpendapat, bahwa kalau mau boleh mengulurkan tangan (irsal) setelah ruku atau sedekap. Maka itu bukanlah dalil tapi hanya sekedar pendapat yang berdasarkan ijtihad saja.

Bandung, 25 Desember 1983

Penyusun,

Ketua Dewan Hisbah Persatuan Islam

K.H.E. Abdullah

4 komentar:

hilmantasik mengatakan...

iya di masyarakat banyak yang melakukan cara sidakep ini....Ironisnya... Yang mengaku kembali Quran sunnah (tapi bukan Persis), masih melakukan ini...gimana Ikhwan akhwat pendapat yang melakukan cara sidakep ini?? kemukakan dong Dalillnya.....supaya tidak termasuk sesat,,,,

darulherbal mengatakan...

http://fadhlihsan.wordpress.com/2010/08/25/bidahkah-bersedekap-setelah-ruku/

Yudi Ramdhani mengatakan...

perlu di perbanyak lagi hasil dari dewan hisbah khusunya masalah shalat karena ini sebagai acuan jamaah seperti saya,,tarjih Muhammadiyah ko rasanya lebih komplit,,syukron semoga masukan ini bermanfaat khususnya bagi saya pribadi

info hhrma mengatakan...

yudi ramdhani,

boleh saya tahu, saya bisa baca di buku/kitab mana atau mungkin ada alamat web untuk membaca tarjih muhammadiyah tersebut.