Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

PERSATUAN ISLAM

Sabtu, 25 Oktober 2008

AHMAD HASAN (A.HASAN)


Ahmad Hasan

Beliau lebih dikenal dengan panggilan A. Hasan. Beliau dilahirkan di Singapura tahun 1887, berasal dari keluarga campuran Indonesia dan India.
Ayahnya bernama ahmad, atau juga bernama Sinna Vappu Maricar seorang penulis agama islam dan kesusastraan Tamil. Ibunya bernama Muznah berasal dari Palekat Madras, tetapi lahir di Surabaya. Ahmad dan Muznah menikah di Surabaya tetapi kemudian menetap di Singapura.
Pada usia 7 tahun A. Hasan bersekolah dan mengaji dan pada usia 12 tahun ia mencari nafkah sambil belajar bahasa arab. Guru pertama kali yang mengajarinya yaitu Muhammad Thaib, setelah gurunya berangkat haji ia belajar pada Said Al Musawi selama 3 tahun juga pada pamannya Abdul Latif seorang ulama di Malaka dan Singapura. Beliau juga belajar pada Syekh Hasan ulama asal Malabar dan Syekh Ibrahim ulama asal India. Semuanya ditempuh sampai pada tahun 1910 atau menjelang usia 23 tahun.
Pada tahun 1910 ia menjadi guru tidak tetap di madrasah orang-orang India di Arab Street, Bagdad Street dan Geylang hingga tahun 1915. kemudian menjadi guru tetap pada madrasah Assegaf di jalan Sulthan. Sekitar tahun 1912-1913 beliau menjadi anggota redaksi surat kabar Utusan Melayu yang diterbitkan Singapore Press pimpinan Inche Hamid dan Sa’adullah Khan.
Dalam pidatonya ia mengecam kemunduran umat islam hingga oleh pemerintah dicap berpolitik akibatnya ia tidak diperbolehkan berpidato di muka umum. Pada 1921 ia pindah ke Surabaya untuk mengambil alih toko tekstil milik pamannya H. Abdul Latif. Yang pada saat itu Surabaya menjadi tempat pertikaian kaum muda dan kaum tua. Kaum muda dipelopori oleh Faqih Hasyim pendatang yang perhatian pada agama. Ia banyak berdiskusi dan bertukar pikiran. Paman A. Hasan yang juga sebagai gurunya mengingatkan A. Hasan untuk tidak melakukan hubungan dengan Faqih Hasyim karena dinilai oleh pamannya sebagai Wahabi.
A.Hasan banyak mengkritik peribadahan yang tidak berlandasan al Qur’an dan as Sunnah, meskipun belum sekeras ketika ia berada di Bandung dalam naungan jam’iyyah PERSIS. Kritik A. Hasan banyak dimuat di surat kabar Utusan Melayu yang diterbitkan di Singapura. Salah satu kritiknya tentang Taqbil atas pengalamannya sendiri.

Tidak ada komentar: